BURUNG WALET

Seri Walet ( 132 ) Cetak Mutu Melimpah
Memproduksi mrutu sebagai sumber pakan utama kunci sukses beternak walet. Namun, menyediakan mrutu melimpah bukan perkara mudah. Agung Santoso di Mojokerto, Jawa Timur, dapat mencetak puluhan kilo mrutu setiap hari dengan menggunakan tepung.

Bangunan berukuran 10 m x 20 m itu semula gudang. Isinya sejumlah mesin dan beberapa perkakas yang dibiarkan tergeletak di sudut-sudut ruangan. Sejak 2006 Agung Santoso menyulap gudang itu sebagai rumah mrutu. Gudang berlantai semen itu dibuat mirip kumbung jamur. Ada rak bertingkat dengan tampah-tampah persegi panjang berisi bubur yang sudah ditaburi bibit mrutu.

Media bubur itu tidak dibuat sembarangan. Bahan dasarnya kombinasi mi apkir dan tepung kedelai. Bahan-bahan itu dicampur 1:1. Agung mencampur masing-masing 10 kg mi dan tepung kedelai. Campuran bahan itu lantas disiram air hangat dan diaduk sampai berubah jadi bubur. Sebelum ditebar bibit, bubur itu diberi pelengkap berupa vitamin, mineral, dan cairan probiotik penghilang bau.

'Untuk 20 kg bahan ditabur 1 kg bibit mrutu,' kata Agung. Mrutu dipanen setelah dipelihara selama 14-15 hari. Dalam kurun waktu itu dari sekilo bibit dihasilkan 7 kg mrutu setiap harinya. Cara panennya mudah, cukup membuka tutup pipa PVC yang ditanam pada dinding bangunan, serangga berkulit lunak itu serta-merta keluar setelah diumpan lampu pijar 5 watt. Berpuluh-puluh kilo mrutu mengalir deras ke dalam kain mirip kasa yang sudah disiapkan untuk menampung. 'Sampai seratus kilo per hari dapat dibuat,' ujar Agung.

Menurut Aunu Rauf PhD, ahli serangga dari IPB, langkah yang dijalani Agung membuat mrutu sudah tepat. 'Secara alami kelompok diptera bersifat saprofag yaitu makan bahan organik yang membusuk,' ujarnya. Nah bubur tepung merupakan bahan organik yang gampang membusuk.

Pakan terbaik
Produksi pakan melimpah pada ternak walet suatu keharusan. Lihat hitungan-hitungan Boedi Mranata, praktikus walet di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Untuk menghasilkan 10 kg sarang/panen dibutuhkan 14 kg serangga/hari, dengan asumsi seekor walet butuh 4 g pakan/hari. Andai peternak ingin mendapat 300 kg sarang/panen, artinya perlu tersedia 3 kuintal serangga per hari. Jumlah sebesar itu sulit dipenuhi bila mengandalkan alam.

Menurut Agung mrutu-mirip lalat buah dari genus diptera-terbukti merupakan pakan terbaik untuk ternak walet. Dibandingkan kroto (telur semut rang-rang) dan serangga-serangga kecil lain seperti laron, nyamuk, agas, dan hama tanaman, mrutu lebih kaya gizi. 'Saya merisetnya selama 15 tahun,' ujar pemilik Walet Feedmill Group itu.

Uji di laboratorium Sucofindo di Surabaya menunjukkan setiap 100 g mrutu mengandung 10% air, 65,67% protein, 9,08% serat, 17,35% lemak, dan 0,14% mineral. Energi dihasilkan mencapai 4.188 kalori. Jumlah energi itu cukup untuk membuat walet tumbuh, berkembang biak, dan membuat sarang karena Collocalia fuciphaga butuh pakan dengan kandungan: 55-60% protein, 14-17% lemak, 0,15-0,25% kalsium, 0,4-0,6% fosfor, dan 6-9% serat kasar. 'Jika terpenuhi sarang yang dihasilkan bagus,' kata Harry K Nugroho, praktikus walet dari Eka Walet Center di Jakarta Barat.

Sebelum diberikan pada walet, mrutu budidaya dimatikan dengan cara direndam dalam air. Selanjutnya mrutu ditaruh dalam saringan dan dibilas beberapa kali sampai bersih, lalu ditiriskan. Untuk mencegah penyakit, mrutu-mrutu itu diberi beberapa obat seperti neubro yang dicampur seliter air. 'Mrutu direndam selama 2 menit lalu ditiriskan,' kata Anissa, penanggung jawab perawatan walet milik Agung.

Menurut Agung sebelum disantap walet, mrutu perlu diberi tambahan vitamin dan 13 macam asam amino essensial seperti lisin, arginin, dan metionin. 'Semua untuk memperlancar metabolisme di tubuh walet,' ujar Agung. Berapa dosis asam amino itu? Agung belum bersedia menjawab.

Mrutu yang diberikan disesuaikan kebutuhan walet. Contoh piyik umur sehari. Mereka diberi mrutu basah. Pakan itu tidak disuapkan melainkan diasup dengan mendekatkan mulut piyik pada pakan. 'Kalau diloloh sulit menentukan kenyang atau tidaknya,' ujar Anissa. Tekstur pakan tidak boleh sembarangan. Lebih dari umur sehari pakan agak basah. Berikutnya sampai siap terbang pakan diberikan yang lebih kering.

Untuk walet dewasa kebutuhan 8 g/ekor/hari setara 4.100 kalori dipenuhi dari mrutu kering. Pakan itu diberikan di atas meja atau disemburkan ke atas lewat blower besar yang didesain seperti kubah terbalik. 'Dengan blower walet dipaksa menyambar pakan seperti kondisi di alam,' kata Agung. Nah, beternak walet kini memang lebih mudah setelah mrutu dapat dicetak melimpah.
(Dian Adijaya S) Sumber: www.trubus-online.co.id

SARANG BURUNG WALET

Seri Walet, Oper Bola Pancing Walet BersarangOleh trubusid
Sudah 3 tahun rumah walet Afong di Kecamatan Siantan, Kabupatan Pontianak, Kalimantan Barat, kosong dari cericit walet. Jangankan untuk bersarang, singgah pun Collocalia fuciphaga itu tidak mau. Namun sejak rumah walet itu dipasang tweeter sistem oper bola selama 8 bulan, ada 200 sarang walet di sana.

Sulitnya si liur emas untuk bersarang di bangunan walet milik pengusaha emas itu kontras dengan lingkungan sekitarnya. Lokasi tempat bangunan itu berada kondang sebagai kompleks walet. 'Di sini ada sekitar 100 rumah walet,' ujar Afong. Mayoritas rumah-rumah itu sudah banyak dihuni walet. Namun, 'Di tempat saya walet-walet itu hanya keluar masuk,' tambahnya. Padahal perangkat pendukung untuk memancing walet antara lain cd walet dan tweeter sudah dipasang.

Nasib baik mulai berpihak setelah bangunan itu dikunjungi seorang konsultan walet dari Jakarta Barat. Konsultan itu menduga sulitnya walet bersarang karena penempatan tweeter yang salah. 'Rupanya posisi tweeter yang berhadapan membuat suara antartweeter bertabrakan. Akibatnya walet sulit menentukan sumber suara,' ujar Afong yang kemudian mencoba sistem tweeter oper bola. Terbukti setelah posisi dan jarak antartweeter diubah, muncul suara jernih yang membuat walet mau menetap.

Atur Jarak
Sistem tweeter oper bola yang didesain oleh Ir Lazuardi Normansah pada 1997 bertujuan untuk mengundang walet tertarik masuk, terutama burung baru. 'Diusahakan burung yang datang itu langsung menginap dan dapat ditolerir sampai hari ketiga,' ujar konsultan walet di Jakarta Barat. Langkah awal untuk mengundang walet adalah dengan memasang 2-4 tweeter luar di pintu masuk walet yang terletak di lantai teratas. 'Tweeter harus menghadap keluar supaya suaranya jelas terdengar oleh walet,' kata kelahiran Riau, 40 tahun lalu.

Tweeter lain, void, dipasang lebih dalam berjarak 1-2 m dari tweeter luar. Tujuannya supaya suara tweeter luar samar-samar terdengar dalam ruangan. 'Kalau tweeter void tidak ada, walet-walet itu akan mengikuti arah suara tweeter luar dan walet akan keluar rumah lagi,' ujar Lazuardi. Nah, agar burung masuk sampai ke lantai bawah, pada void di tiap lantai juga dipasang sebuah tweeter. Posisi tweeter antarlantai-tweeter dalam-berselang-seling. Jarak pemasangan setengah dari lebar sirip tembok.

Tweeter dalam yang terpasang pada sirip-sirip perlu diatur letaknya. Idealnya setiap 1 m² dipasang sebuah tweeter dengan jarak 10-20 cm dari bibir sirip. 'Biasanya walet suka menempel pada tweeter. Bila posisi tweeter dekat bibir sirip, walet jadi takut dan malas bersarang,' ujar Lazuardi. Selain itu posisi tweeter diupayakan tegak lurus agar suara yang keluar terdengar jelas.

Ragam Suara
Selain posisi dan jarak, jenis suara menjadi bagian penting memancing walet masuk dan bersarang. Untuk itu menurut Lazuardi perlu dipasang cd suara kawin, bermesraan, saling memanggil, dan piyik. Yang lain suara walet remaja bermain di tweeter luar. Yang disebut pertama lebih dominan terdengar, sekitar 60-70%. Hal itu untuk merangsang walet segera mencari pasangan dan kawin. Suara piyik dan remaja bermain digunakan 10-20%. Begitu pula suara panggil digunakan sebesar 10-20%. 'Walet itu hidup berkoloni. Saat mendengar suara-suara itu mereka tidak akan merasa sendiri,' jelas Lazuardi.

Pada tweeter dalam dan void suara walet mengasuh piyik, piyik, dan remaja yang sedang bermain lebih dominan. Masing-masing porsinya mencapai 20-30%.

Sisanya, suara walet saat birahi dan bermesraan. Pada tweeter luar, dalam, dan voidragam suara itu dipasang dengan durasi 20 menit yang direkam dalam cd.

Lamanya tweeter menyala mempengaruhi kehadiran walet. Tweeter luar dan void hanya dihidupkan setiap hari pukul 05.00-19.00 WIB. Tweeter dalam pada rumah yang telah berproduksi dipasang mulai pukul 04.00-21.00 WIB. Pemasangan pagi huta untuk tanda waktu agar burung keluar mencari pakan,' tutur Lazuardi. Sedangkan tweeter dalam di rumah dibiarkan menyala selama 24 jam.

Mikroklimat
Tweeter yang mampu bekerja maksimal dapat membuat walet masuk dan bersarang. 'Bila dianggap nyaman walet akan menyusuri ruangan sampai ke lantai bawah,' kata Lazuardi. Pada rumah baru, walet biasanya akan berhati-hati masuk lantaran takut. 'Dalam waktu 1-2 detik terbesit keraguan walet untuk tinggal. Namun jika tweeter terpasang benar, keraguan burung akan hilang,' tambahnya.

Tweeter memang bukan satu-satunya faktor penentu walet bersarang. Menurut Hary K Nugroho, konsultan walet di Jakarta Utara, tweeter dipakai sebagai langkah awal menarik walet masuk ke dalam rumah. 'Setelah masuk, selanjutnya mikroklimat dan aroma dalam rumah memegang peran penting,' ujarnya. Idealnya suhu diatur 28-30°C, sehingga tweeter bakal bekerja lebih ringan untuk memikat walet bersarang.
(Lastioro Anmi Tambunan) Sumber: www.trubus-online.co.id

WALET DAN RAHASIANYA

Dari beberapa jenis burung walet yang ada, hanya terdapat 4 jenis walet yang sarangnya bisa dikonsumsi dan laku dijual yaitu: Aerodramus fushipagus (walet sarang putih/Yen-ou), Aerodramus maxima (walet sarang hitam/Mo-yen), Collocalia esculanta (seriti), dan Collocalia vanikorensis (seriti lumut).

Setiap mahluk hidup pada dasarnya memilih tempat berkembangbiak yang aman dan nyaman. Begitu pula walet. Sehingga walet memilih tempat yang memenuhi syarat :

  • Aman yaitu aman dari gangguan, terlindung dari terpaan angin, terik matahari, hujan dan cahaya yang terang.
  • Nyaman yaitu tempat sesuai habitatnya. Tempat yang sesuai dengan habitat walet adalah bersuhu 26-29 C, berkelembaban 80-90 dan dekat dengan tempat ia mencari makan.

Sehingga walet memilih gua-gua alam dan bangunan tertentu sebagai tempat pengembangan populasinya. Semakin aman dan nyaman tempatnya maka semakin bertambah pula jumlah populasinya.

Oleh sebab itu diperlukan suatu perlakuan khusus untuk memancing walet atau menjaga dan mengembangkan populasi walet pada bangunan yang sudah dimasuki walet. Perlakuan khusus itu pada dasarnya adalah membuat bangunan yang sesuai dengan habitat walet. Secara teori, perlakuan khusus itu seperti: ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, ukuran lubang, pemberian tanah merah, bau-bauan, hujan buatan, pemberian serangga dari makanan yang dibusukkan, suara walet dan lainnya. Semua teori itu adalah benar untuk memancing atau menjaga dan mengembangkan populasi walet karena memang bertujuan untuk membuat bangunan agar sesuai dengan habitat walet.

Namun bila kita perhatikan, terutama pada usaha orang untuk memancing seriti/walet dan rumah yang telah didiami seriti/walet.

    • Mengapa si'A' yang bangunannya kecil berhasil memancing seriti/walet, sedang si'B' yang bangunannya besar tidak berhasil? Mengapa sudah diberi bak tampung air, diberi serangga dari makanan yang dibusukkan, dan lainnya tapi bangunan hanya dimasuki saja oleh seriti/walet (tidak mau menginap kalaupun menginap hanya sebentar)? Mengapa rumah kayu bisa menjadi rumah seriti? Mengapa susah menjadikan rumah seriti menjadi rumah walet kalaupun bisa hanya sedikit?

Orang akan mengatakan itu adalah faktor keberuntungan saja.

    • Mengapa rumah walet yang telah berproduksi, produksinya tetap atau malah berkurang padahal kelihatannya tidak ada gangguan? Mengapa meskipun bangunan sudah diperluas tapi walet tidak mau menyebar ke bangunan yang baru? Mengapa sarang yang dihasilkan kecil? Mengapa sarang yang dihasilkan lembek atau malah mudah patah? Apakah bisa telur ditetaskan pada saat kemarau? Bagaimana caranya agar produksi mampu meningkat? Bagaimana caranya agar jumlah populasi walet meningkat? Dan akan timbul pertanyaan lainnya.

Kalau kita kaji lebih dalam semua itu disebabkan oleh karena adanya faktor alam yang tidak memungkinkan seriti/walet untuk mengembangkan populasinya. Salah satu faktor alam yang terpenting dan sulit dikendalikan (seringkali pula tidak kita sadari) adalah suhu dan kelembaban. Semua teori di atas (seperti ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, pemberian tanah merah dan hujan buatan) pada dasarnya adalah untuk mengendalikan suhu dan kelembaban rumah seriti/walet. Kita tidak mungkin mengontrol suhu dan kelembaban secara manual. Bagaimana caranya mengontrol suhu dan kelembaban agar semaksimal mungkin mendekati habitat yang disukai dari populasi walet? Bagaimana mungkin kita mengontrolnya tiap detik? Bagaimana mungkin mengontrol suhu dan kelembaban yang juga dipengaruhi oleh cuaca luar bangunan?
Contact Information: yunantoi@yahoo.com
By: Iverda Yunanto, ST

PENTINGNYA KELEMBABAN DAN SUHU BAGI SERITI/WALET
Seringkali kita tidak menyadari akan pentingnya kelembaban dan suhu bagi seriti/walet. Bila kita perhatikan ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, dan pemberian tanah merah pada dasarnya adalah untuk menjaga kelembaban dan suhu agar sesuai dengan habitat seriti/walet. Banyak teori yang mengajarkan kepada kita tentang menghitung berapa luas bangunan, berapa luas bak tampung air, berapa banyak lubang ventilasi agar kelembaban dan suhu ruangan mendekati yang disukai seriti/walet. Semua teori itu adalah mendekati 'benar' karena telah mengalami penelitian dan berdasar pengalaman. Namun hal itu tidak sepenuhnya benar karena tidak mungkin kita dapat membuat ruangan yang mempunyai kelembaban dan suhu sesuai dengan yang disukai habitat seriti/walet tanpa kita mengukur berapa kelembaban dan suhu ruangan tersebut dan mengaturnya. Untuk mengukur kelembaban dan suhu kita dapat menggunakan thermohygrometer (sebatas mengukur saja), tapi akankah kita senantiasa mengukur dan mengaturnya secara manual (di dalam ruangan) dan setiap detik pula padahal seriti/walet butuh ketenangan dalam ruangan. Kalaupun bisa paling dengan jalan diambil jalan tengahnya misalnya pemberian pengembun dalam ruangan untuk membantu meningkatkan kelembaban dan suhu dengan cara dihidupkan saat-saat cuaca kering dan panas. Namun hal itu tidaklah pasti.

Sedangkan kelembaban dan suhu dipengaruhi juga oleh banyak faktor yang seringkali tidak disadari seperti cuaca di luar bangunan yang selalu berubah, angin dan lainnya. Sehingga bagi mereka yang ingin memancing seriti/walet kadang ada yang berhasil dan kadang ada pula yang tidak. Bagi yang berhasil memancing seriti/walet adalah sangat ditentukan oleh faktor keberuntungan saja (mungkin saat itu kelembaban dan suhu ruangan mendekati kelembaban dan suhu yang disukai habitat seriti/walet sehingga seriti/walet mau menetap). Dan selama kelembaban dan suhu ruangan tersebut masih dalam toleransi habitat seriti/walet maka

seriti/walet akan berkembang tapi perlu diingat bahwa kelembaban dan suhu ruangan tak selamanya konstan sehingga jumlah populasi kadang menurun (perkembangan jumlah populasinyapun tak meksimal) seperti pada musim kemarau dan lainnya. Kelembaban dan suhu juga sangat berpengaruh pada insting seriti/walet untuk kawin, produksi sarang, kwalitas sarang, penetasan telur dan perkembangan kesehatan seriti/walet itu sendiri.

Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: Kelembaban dan suhu adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi perkembangan seriti/walet dan sangat sulit mengontrolnya agar selalu konstan.
Sumber: www.geocities.com/seritiwalet/#C